Selasa, 01 April 2014

Surat untuk mantan

Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara

Dear, kamu..
Lama tak jumpa, tapi aku tau ini baik buat kita.
Mungkin kamu gak akan ngira aku bakal nulis ini, tapi yah, inilah aku, yang lebih mampu memperlihatkan rasaku lewat tulisan.
Tiga tahun tak bertemu, bukan berarti aku melupakanmu. Aku masih menyimpan banyak kenangan baik tentangmu dalam memoriku. Dan, kamu tau kan apa yang kusebut kotak kenangan, aku menyimpan semua barang yang berhubungan denganmu di sana. Belum kukuburkan hingga sekarang ini. Itulah mengapa aku menulis surat ini. Aku ingin menguburkan kotak itu. Tentu saja aku akan menguburnya di tempat kenangan kita. Biar mereka menyatu.
Kalau dirasa-rasa, ternyata lama juga ya aku menyimpannya. Selama itulah aku belum bisa mengembalikan rasaku ke rasa semula ketika kita belum bertemu. Rasa di mana tak ada cinta, tak ada rindu, tak ada benci, tak ada kemarahan. Aku ingin menguburkan kenangan dengan rasa yang netral.
Ada beberapa hal yang ingin kusampaikan. Semoga ini juga bisa menetralkan sikap kita jika suatu saat nanti kita bertemu.
Aku ingin minta maaf. Maaf ketika kita berpisah dalam keadaan yang tidak baik. Dalam kemarahan. Dalam kemunafikan. Aku ingin mengaku bahwa aku munafik. Aku masih bisa tersenyum kala itu. Tapi sesungguhnya, kemarahan dan kebencianku padamu sangat besar. Aku minta maaf telah membencimu.
Tiga tahun ini aku belajar banyak. Aku sengaja menghilang darimu. Aku ingin menguji diriku apakah aku ini benar-benar anak manja. Itu kulakukan untuk membuktikan bahwa alasanmu ingin berpisah denganku hanyalah mengada-ada. Tapi proses pembuktian itu malah justru mengubahku menjadi seorang yang tak perlu membuktikan apa pun. Hidupku tiga tahun ini justru menjadi berat. Kehilanganmu, kehilangan anggota keluarga yang kusayang, kehilangan banyak fasilitas membuatku belajar untuk kreatif dalam bertahan hidup. Aku lupa tentang pembuktian kepadamu. Memang, sebenarnya tak perlu membuktikan apa pun. Maafkan aku, aku telah menuduhmu mencari-cari alasan untuk berpisah denganku. Sebenarnya itu hakmu.
Maafkan aku, jika aku menyakiti hatimu.
Maafkan aku jika aku sengaja tidak mau dihubungi olehmu.
Maafkan aku untuk semua hal yang pernah aku lakukan.
Terakhir, dan yang paling penting, aku ingin berterima kasih padamu. Kamu menjadi satu batu loncatan dalam proses hidupku. Terima kasih untuk segala hal yang kau beri. Terima kasih untuk segala yang telah kamu lakukan buatku. Terima kasih untuk cinta yang pernah ada.

Sekarang, aku sudah siap berteman kembali denganmu.
Salam.