tergolek lemah di tempat tidurku membuatku banyak berpikir. berpikir tentang hal menyenangkan yang pernah kulalui dulu, berpikir tentang sakit yang kualami, bahkan tidak jarang aku berpikir untuk mengakhiri hidupku.
ini tahun ke 4 ku aku tidak dapat beraktivitas seperti manusia normal. beberapa waktu sebelumnya aku masih bisa berjalan keluar rumah. namun sekarang....untuk duduk saja aku harus dibantu. makan disuapi. mandi, dimandikan. aku tak mampu melakukan hal-hal kecil yang biasa dilakukan orang normal.
sakit ini kadang membuatku marah. aku harus tergantung orang lain, tapi tak jarang orang lain tak mengerti apa yang aku mau. aku ingin menikmati udara segar di luar sana, bukan tergolek lemah di tempat tidur ini. aku ingin melihat cucuku melakukan aktivitasnya, bercanda dan tertawa bersamaku. aku ingin melihat orang lalu lalang di jalan. aku ingin...aku ingin kembali seperti dulu...manusia normal yang melakukan aktivitasnya...
rasanya sepi sekali di tempat tidur ini sendiri. rasanya sedih sekali ketika mengetahui cucuku tertawa tapi aku tak bisa ikut tertawa bersama mereka.
tapi...aku sadar...mereka manusia normal. mereka punya aktivitasnya. mereka tak bisa terus menerus ada di sampingku, menemaniku, bercerita padaku, atau hanya sekedar duduk diam di sampingku.
mungkin aku telah menjadi beban mereka. penyakit tuaku ini membuatku tak bisa berbuat apa-apa. hanya pasrah.
hal yang kunanti-nantikan adalah ketika ada orang yang menjengukku. entah itu anakku, cucuku, tetanggaku, ataupun orang-orang dari gereja. walaupun tak lama, tapi aku merasakan ada semarak di dadaku. seakan bangkit kembali semangatku untuk melanjutka hidupku.
aku ingat ketika cucuku pulang dari tempat nya merantau dan membawakanku kue. rasa kue itu enak sekali. enak bukan karena kuenya, tapi karena cinta kasihnya yang kurasakan.
aku ingat ketika cucuku berpamitan pulang, ada uang yang dia tinggalkan untukku. aku tau aku tak bisa memakainya. aku pun tau cucuku mengerti akan hal itu. tapi aku senang menerimanya karena itu bentuk perhatiannya.
satu hal yang terus membuatku kembali untuk bersemangat dan melanjutkan hidupku ketika aku mulai berpikir untuk mengakhiri hidupku adalah cinta dari suamiku. suami yang sangat setia menemaniku. suami yang sangat sabar menolongku dan merawatku. suami...yang pasti mencintaiku.
aku pun mencintaimu, suamiku. meskipun kadang, ah sering kali aku memarahimu dan membentakmu karena kamu tidak mendengar perkataanku. aku tau, kamu tak sengaja melakukannya. itu karena pendengaranmu mulai berkurang akibat dimakan usia.
aku ingat kamu selalu memandikanku, menyisirku, menyuapiku, bercerita untukku, dan banyak hal lain yang telah kamu lakukan untukku.
tetapi sekarang....
mungkin waktuku di dunia ini cukup sampai sekarang saja. mungkin ragaku harus beristirahat untuk selamanya. mungkin mataku harus tertutup. ya, mungkin inilah saatnya aku kembali ke rumah Bapa.
jangan bersedih suamiku. aku memang meninggalkanmu saat ini, tapi kita pasti berjumpa di rumah Bapa.
jika kamu mulai kesepian, ingatlah, kita akan bertemu lagi.
jika kamu mulai merindukanku, ingatlah, kita akan bertemu lagi.
itu saja...ingatlah kita akan bertemu lagi.
anakku, cucu-cucu ku...
jangan sedih kutinggalkan. kita akan bertemu lagi.
terima kasih untuk setiap cinta dan perrhatian yang kalian beri. aku akan meninggalkan kalian. tapi ingatlah, kita akan bertemu lagi.
ini tahun ke 4 ku aku tidak dapat beraktivitas seperti manusia normal. beberapa waktu sebelumnya aku masih bisa berjalan keluar rumah. namun sekarang....untuk duduk saja aku harus dibantu. makan disuapi. mandi, dimandikan. aku tak mampu melakukan hal-hal kecil yang biasa dilakukan orang normal.
sakit ini kadang membuatku marah. aku harus tergantung orang lain, tapi tak jarang orang lain tak mengerti apa yang aku mau. aku ingin menikmati udara segar di luar sana, bukan tergolek lemah di tempat tidur ini. aku ingin melihat cucuku melakukan aktivitasnya, bercanda dan tertawa bersamaku. aku ingin melihat orang lalu lalang di jalan. aku ingin...aku ingin kembali seperti dulu...manusia normal yang melakukan aktivitasnya...
rasanya sepi sekali di tempat tidur ini sendiri. rasanya sedih sekali ketika mengetahui cucuku tertawa tapi aku tak bisa ikut tertawa bersama mereka.
tapi...aku sadar...mereka manusia normal. mereka punya aktivitasnya. mereka tak bisa terus menerus ada di sampingku, menemaniku, bercerita padaku, atau hanya sekedar duduk diam di sampingku.
mungkin aku telah menjadi beban mereka. penyakit tuaku ini membuatku tak bisa berbuat apa-apa. hanya pasrah.
hal yang kunanti-nantikan adalah ketika ada orang yang menjengukku. entah itu anakku, cucuku, tetanggaku, ataupun orang-orang dari gereja. walaupun tak lama, tapi aku merasakan ada semarak di dadaku. seakan bangkit kembali semangatku untuk melanjutka hidupku.
aku ingat ketika cucuku pulang dari tempat nya merantau dan membawakanku kue. rasa kue itu enak sekali. enak bukan karena kuenya, tapi karena cinta kasihnya yang kurasakan.
aku ingat ketika cucuku berpamitan pulang, ada uang yang dia tinggalkan untukku. aku tau aku tak bisa memakainya. aku pun tau cucuku mengerti akan hal itu. tapi aku senang menerimanya karena itu bentuk perhatiannya.
satu hal yang terus membuatku kembali untuk bersemangat dan melanjutkan hidupku ketika aku mulai berpikir untuk mengakhiri hidupku adalah cinta dari suamiku. suami yang sangat setia menemaniku. suami yang sangat sabar menolongku dan merawatku. suami...yang pasti mencintaiku.
aku pun mencintaimu, suamiku. meskipun kadang, ah sering kali aku memarahimu dan membentakmu karena kamu tidak mendengar perkataanku. aku tau, kamu tak sengaja melakukannya. itu karena pendengaranmu mulai berkurang akibat dimakan usia.
aku ingat kamu selalu memandikanku, menyisirku, menyuapiku, bercerita untukku, dan banyak hal lain yang telah kamu lakukan untukku.
tetapi sekarang....
mungkin waktuku di dunia ini cukup sampai sekarang saja. mungkin ragaku harus beristirahat untuk selamanya. mungkin mataku harus tertutup. ya, mungkin inilah saatnya aku kembali ke rumah Bapa.
jangan bersedih suamiku. aku memang meninggalkanmu saat ini, tapi kita pasti berjumpa di rumah Bapa.
jika kamu mulai kesepian, ingatlah, kita akan bertemu lagi.
jika kamu mulai merindukanku, ingatlah, kita akan bertemu lagi.
itu saja...ingatlah kita akan bertemu lagi.
anakku, cucu-cucu ku...
jangan sedih kutinggalkan. kita akan bertemu lagi.
terima kasih untuk setiap cinta dan perrhatian yang kalian beri. aku akan meninggalkan kalian. tapi ingatlah, kita akan bertemu lagi.