Sabtu, 04 Februari 2012

kunyil


Kunyil, begitu teman-teman menyapanya, duduk di balkon kamarnya. Melipat lututnya, dan bersandar pada kursi malasnya. Bibirnya tersenyum. Bukan karena dia bahagia atau sedang merasa senang. Tapi senyum itu lebih menandakan dia mengerti sesuatu. Sesuatu yang telah terjadi, yang menyakitkan hatinya, namun akhirnya dia mengerti. Akhirnya, kunyil bersyukur telah mengalaminya.
Beberapa waktu lalu, keadaan jauh berbeda dengan saat ini. Dari fisiknya, kunyil terlihat mulai mengurus. Wajahnya seperti memancarkan luka dan kesedihan yang dalam. Ini dimulai sejak dia ditinggalkan oleh seseorang yang benar-benar ia sayangi. Seseorang yang tanpa kabar, menghilang begitu saja dari hidupnya. Tak benar-benar menghilang karena orang itu masih ada di sekitar kunyil. Tapi seperti ada jarak yang tak mampu diseberangi kunyil untuk sampai ke tempat orang itu.
Frosty. Ya, nama orang itu adalah frosty. Pemuda tampan dengan senyum yang selalu menghias di wajahnya. Entah mengapa hari-harinya mulai disibukkan dengan urusan bisnisnya. Bisnis kecil-kecilan yang didirikan dengan modal dari hasil tabungannya selama dia bekerja sambil kuliah itu mengalami kemajuan yang cukup pesat. Banyak orang puas dengan hasil pekerjaannya. Dan dia pun mulai tenggelam dalam pekerjaannya. Saking asyik dengan bisnis yang mulai naik itu, frosty sempat terhilang dari lingkaran pergaulannya. Dia mulai jarang kumpul bareng teman-temannya. Mulai jarang, bahkan tak pernah lagi sekedar mengirimkan sms atau telepon. Bahkan, dia membuka jejaring sosial hanya untuk yang berhubungan dengan pekerjaannya saja. Dia mulai hilang. Dan itu semua berujung dengan berakhirnya hubungannya dengan pacarnya.
Nama asli kunyil adalah nila. Teman-temannya lebih suka memanggilnya kunyil karena tingkah lucunya dan kegemarannya dengan warna kuning. Kuning-nila, awalnya disingkat kunil. Karena tingkahnya yang lucu, teman-temannya akhirnya memanggil kunyil.
Gadis itu tampak lebih baik sekarang. Rambutnya mulai terawat lagi. Perlahan, berat badannya pun kembali normal. Dan tawa riangnya sudah mulai sering terdengar.
...
Gadis itu diam. Merenung. Lama. Dan akhirnya dia tersenyum penuh syukur. Dia bersyukur ketika dia menyadari bahwa sakit hatinya sudah mulai sembuh. Luka akibat ditinggalkan frosty demi pekerjaan itu mulai kering. Dan dia semakin optimis bahwa sebentar lagi hidupnya akan kembali ceria. Kunyil bersyukur telah diijinkan mengalami sakit hati selama beberapa bulan, tapi akhirnya dapat memaafkan dan melupakan apa yang telah menyakitinya.
Tersenyum lagi. Kemudian diambilnya secangkir coklat panas di sebelahnya. Dihirupnya wangi coklat itu. Kemudian disesapnya. Kenikmatan yang luar biasa dari sebuah rasa syukur setelah sekian lama terkurung dalam kesakithatian.
Malam gelap, bintang terang…
Seorang gadis tenang dalam pelukan malaikat…