Selasa, 26 Juni 2012

kepahitan yang manis


Siang ini aku duduk di depan komputerku. Awalnya aku ingin mengerjakan tugas yang harus terkumpul besok. Daripada sepi, pikirku, aku memutar lagu saja. Dan kuputarlah lagu-lagunya Christina Perri. Seketika aku seperti terbawa ke masa lalu. Ya, masa itu.
...
Tiba-tiba aku merasa getir di hatiku. Teringat rasa yang sendu.
Aku teringat bagaimana hari-hariku yang nampak kelabu walaupun sinar matahari dengan semangatnya sedang membakar bumi.
Aku teringat di mana hari-hariku dibasahi oleh tangisan malam.
Waktu itu aku hanya berteman sepi.
Angin dingin serasa mengikutiku ke manapun aku melangkah.
Malam selalu menjadi pelampiasan kegundahanku.
Kapalku kandas ditinggal pemiliknya.
Aku seperti berdiri di tepi pantai di tengah malam. Menunggu kapalku datang menjemputku.
Kembali angin pantai menghiburku. Tapi yang kurasa hanya dingin dan sepi.
Semakin lama aku berdiri di sana, semakin beku hatiku.
Aku merasakan pahit yang tak terobati.
Racun-racun kerinduan ini tak dapat ditawarkan lagi oleh hatiku yang telah beku.
Setiap kemanisan yang kurasa telah menjadi pahit oleh racun ini.
Lalu aku serasa mati dan menghitam ditelan kabut pagi.
 ...
Cukup…semua kepahitan ini telah kukenang menjadi manis…dan pagiku telah menjadi baru....